Survei Royal Philips: Penting Memiliki Kualitas Tidur yang Baik

Selasa, 19 Maret 2019 - 08:08 WIB
Survei Royal Philips:...
Survei Royal Philips: Penting Memiliki Kualitas Tidur yang Baik
A A A
TEMUAN Royal Philips, pemimpin global dalam teknologi kesehatan, melalui laporan tahunannya mengenai survei tidur yang dimuat dalam laporan The Global Pursuit of Better Sleep Health, mengungkapkan bahwa orang-orang di seluruh dunia bertahan dengan tidur yang lebih sedikit setiap malam.

Beberapa di antara mereka hanya tidur 6,3 jam pada hari kerja dan 6,6 pada akhir pekan, jauh lebih rendah dari waktu yang direkomendasikan, yaitu delapan jam sehari. Survei tidur global tahunan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Tidur Sedunia pada 15 Maret.

Survei ini melibatkan lebih dari 11.000 orang dewasa di Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Jepang, Belanda, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Melalui survei ini, Royal Philips ingin mengungkap sikap, persepsi, dan perilaku yang berkaitan dengan tidur. Di negara-negara Asia-Pasifik yang disurvei, stres adalah alasan utama individu terjaga pada malam hari.

Selain itu, faktor lain yang membuat orang dewasa di kawasan Asia-Pasifik terjaga pada malam hari antara lain lingkungan tidur mereka (32%), media sosial (27%), kondisi kesehatan seperti masalah nyeri atau pernapasan (23%), minum minuman berkafein atau mengonsumsi obat-obatan tertentu menjelang tidur (18%), dan pasangan mendengkur (17%).

Menurut praktisi kesehatan tidur di Snoring and Sleep Disorder Clinic RS Mitra Keluarga Kemayoran Dr Andreas Prasadja RPSGT, tiga masalah tidur yang banyak dialami pasiennya adalah kantuk pada siang hari, mendengkur, dan susah tidur (insomnia).

“Banyak orang masih berpikir bahwa mereka memiliki masalah tidur hanya saat tidur pada malam hari dan berpikir mendengkur berarti mereka tidur nyenyak. Ini tidak benar. Mendengkur dapat menyebabkan obstructive sleep apnea (OSA) yang jika tidak ditangani dapat berkontribusi pada sejumlah penyakit, seperti penyakit jantung, obesitas, bahkan impotensi,” ucap dr Andreas.

Dia juga menyatakan keprihatinan akan rendahnya kesadaran mengenai pentingnya tidur berkualitas di Indonesia. Menurutnya, masih banyak yang menganggap bahwa mengantuk pada siang hari sebagai kemalasan dan rasa kantuk harus dibasmi tanpa mencoba memahami mengapa mereka mengantuk.

“Mereka mencoba “bangun” dengan minum kopi atau mengonsumsi vitamin, tetapi tidak berpikir bahwa mengantuk ketika seharusnya sudah cukup tidur adalah tanda bahwa ada yang salah, mereka tidak tidur nyenyak pada malam hari,” ungkapnya. Dia menjelaskan, kurangnya kualitas tidur akan menurunkan produktivitas karena kinerja otak kita dioptimalkan saat tidur.

Tanda kurangnya kualitas tidur antara lain sering terbangun atau mendengkur pada malam hari serta merasa mengantuk pada siang hari. Masalah tidur tersebut sebaiknya cepat dikonsultasikan kepada dokter untuk mengidentifikasi dan menentukan apakah mereka memiliki faktor risiko kesehatan seperti OSA.

“Sebagai kondisi yang jarang didiskusikan dan sering tidak terdiagnosis, OSA ditandai dengan gangguan pernapasan atau henti napas beberapa kali sepanjang tidur sehingga mencegah oksigen mencapai paru-paru. Gejala OSA termasuk tersedak atau napas tersengal saat tidur, dengkuran yang permanen dan keras, kelelahan berlebihan, dan konsentrasi buruk pada siang hari," beber dr Andreas.

Jika tidak diobati, sleep apnea berdampak serius bagi kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, dan tekanan darah tinggi. Dia menambahkan, sangat penting untuk menyadari bahwa ketika Anda terus mendengkur, itu bukan tanda tidurnya nyenyak. Itu artinya Anda harus pergi ke dokter. Mengandalkan sumber dan artikel online saja tidak cukup.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0908 seconds (0.1#10.140)